Mengapa Pesepakbola Dari Brazil Jarang Yang Berkarier Hingga Tua



Brasil merupakan salah satu negara terdepan dalam sepak bola. Siapa pun bisa menyebut pemain-pemain besar dari sana sejak zaman dulu hingga sekarang. Siapa yang tak kenal dengan pemain dan mantan pemain legendaris seperti Pele, Garincha, Ronaldo, Romario, hingga Ronaldinho? Selain mereka, masih banyak lagi yang lain.
Akan tetapi, coba perhatikan di antara mereka. Kalau jeli, anda bisa menemukan bahwa para bintang asal Brasil itu jarang yang berkarier panjang dalam sepak bola. Mereka tidak bisa seperti pemain yang mampu bermain hingga usia menjelang 40 tahun seperti Paolo Maldini, Alessandro Del Piero, Francesco Totti, Raul Gonzalez, ataupun Ryan Giggs.
Kebanyakan pesepak bola asal Brasil malah akan mulai menurun ketika pemain kebanyakan mencapai masa keemasan. Hal itu biasanya terjadi saat mencapai umur 28 tahun.
Mengapa seperti itu? Setiap pemain pasti memiliki penyebab yang secara spesifik akan memengaruhi. Namun, jika ditarik secara umum, gambaran kasus yang terjadi kepada para pemain Negeri Samba hampir sama.
Lihat saja, mereka biasanya mempunyai masalah dengan kedisiplinan. Mereka sukar diatur dan sulit menjaga diri dalam artian mempertahankan kondisi fisik atau hidup secara teratur. Contoh pemain yang seperti ini ialah Ronaldinho dan Romario. Dua orang ini dikenal bengal dan senang berpesta. Hal itu membuat kebugaran menurun yang berpengaruh terhadap kemampuan bermain.
Pemain lain seperti Ronaldo memiliki kasus berbeda. Ronaldo sangat menikmati hidup, sehingga berat tubuhnya mudah melonjak. Hal ini pula yang mengakibatkan bodinya bertambah gendut yang akhirnya mengurangi kemampuan.
Publik pasti akan mencerca para pemain tersebut karena dianggap kurang disiplin. Mereka dianggap menyia-nyiakan talenta yang dimiliki. Namun, di negerinya sana di Brasil, tingkah laku mereka tidak aneh. Semua dianggap biasa.
Di Brasil ada cerita rakyat tentang malandro. Dia digambarkan sebagai seorang yang miskin, namun pintar dalam hal-hal tertentu. Kelebihan itu membuatnya bisa hidup enak, makan makanan lezat, berpenampilan bagus, hingga dapat memikat wanita-wanita cantik.
“Boleh saya gambarkan. Jika pergi ke favela (perumahan kumuh di Brasil, Red.), anda menemukan seorang wanita tanpa pria di dalam rumah yang mengurus enam orang anaknya. Anak terpintar yang bisa mengelabui polisi jika perlu, mampu berjuang, adalah pemain sepak bola yang bagus. Dia sanggup mendribel melewati kesulitan hidup. Akhirnya dia bisa memberi makan ibunya. Anak itu adalah malandro,” kata seorang profesor asal Brasil, Muniz Sodre tentang malandro.

Idealisme Pria Brasil

Bagi pria-pria Brasil, malandro adalah gambaran ideal sosok laki-laki. Alhasil, banyak yang ingin menjadi seperti mereka. Menjadi pesepak bola merupakan salah satu cara untuk mewujudkan diri menjadi malandro.“Ada persamaan antara mengelabui bek di atas lapangan dengan bertindak cerdas di dalam hidup,” ujar Sodre.
 Atas dasar itu, tidak usah heran jika Romario cs kurang disiplin. Mereka merasa dirinya adalah malandro. Bagi malandro, kedisplinan dan ketaatan terhadap aturan hanya untuk pria yang notabene kurang cerdas.
Alhasil, mereka mempraktikkan segala gambaran tentang malandro dalam dunia nyata. Mereka menikmati hidup dengan berpesta, senang menggoda para wanita cantik, hingga berbuat sesuka hati. Inilah yang menghambat karier mereka untuk menjadi panjang.
Akan tetapi, terlepas dari itu, para pemain tersebut memang sudah merasa “capek” untuk terus berjuang. Pasalnya, sejak kecil, mereka sudah bekerja keras untuk merintis karier. Di Brasil, para pemain sudah berkompetisi sejak kecil. Mereka bisa saja hidup berpisah dengan orang tua untuk menjalani trial atau bermain di sebuah tim. Itulah yang membuat mereka tertempa sejak dini.
Ketika sudah dewasa, mereka merasa sudah saatnya menikmati hidup. Cukup sudah perjuangan yang dilakukan. Sekarang, saatnya mereka benar-benar menjadi malandro.Pria yang telah mendapatkan segalanya setelah menjalani kehidupan sulit.

Sumber : Semua Berita